Metode
adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai tujuan, yaitu untuk
mennyampaikan sebuah materi kepada anak didik. Ada beberapa cara yang dilakukan
dalam menyampaikan baca tulis al-Qur’an, pada dasarnya semua metode yang
digunakan adalah agar anak bias menyenangi materi yang diberikan dan agar anak
suka belajar.
Di bawah
ini akan dikemukan beberapa metode didalam pengebangan pengajaran al-Qur’an,
karena sebenarnya banyak sekali metode yang telah berkembang di Indonesia,
diantaranya adalah:
1.
Metode al-Barqy
Metode ini disusun oleh Muhadjir Sulthon yang dikembangkan pertama
kali di Surabaya. Pengajaran metode ini dikenal dengan pendekatan global atau Gestald
psikologi yang bersifat analistik sintetik (SAS).
Yang dimaksud SAS ialah
penggunaan struktur kata atau kalimat yang tidak mengikutkan bunyi mati/ sukun,
dan menggunakan kata lembaga (struktur). Pada metode ini setelah santri
mengenal dan dianggap bias pada pengenalan cara menulis, cara menulis ini
diawali dengan meniru tulisan yang masih berupa titik-titik untuk ditebali
dengan pensil, setelah dianggap baik dan bisa, baru melanjutkan untuk mengganti
di kertas lain.
Metode ini tidak banyak
memakan waktu bagi anak karena hanya diperlukan waktu 1 x 8 jam per minggu,
sedangkan bagi remaja serta orang dewasa yang baik hanya diperlukan 1x6 jam per
minggu.
2.
Metode Iqra’ Klasikal
Di Indonesia, gerakan pemberantasan buta huruf al-Qur’an yang
menggunakan metode iqra’ telah semarak dalam bentuk Taman Kanak-kanak al-Qur’an
dan Taman Pendidikan al-Qur’an. Di sekolah dasar di Indonesia juga dikembangkan
metode yang sesuai yang dapat mengantarkan murid mampu dalam membaca al-Qur’an
dalam waktu yang relative singkat sesuai dengan keterbatasan jam pelajaran yang
tersedia.
Metode ini disusun oleh salah satu team tadarrus AMM yaitu KH.
As’ad Humam. Metode ini disusun sebagai kelanjutan dari metode sebelumnya,
metode pertama kali dikembangkan didaerah Yogyakarta kemudian disebarkan ke
daerah lain. Metode ini merupakan ringkasan dari metode iqra’ yang awalnya
sampai 6 jilid kemudian diringkas menjadi satu buku yang tebal mencapai 61
halaman. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik cepat bisa membaca al-Qur’an.
Selain itu untuk menjawab tuntutan bagi anak atau orang dewasa yang akan beljar
al-Qur’an tetapi mempunyai waktu yang terbatas.
Pada metode ini
pengenalan huruf hijaiyah awal hingga akhir dengan menggunakan harakat dan
untuk bacaan tajwid, tidak langsung dikenalkan macam-macam bacaan tetapi
diberikan tuntunan membacanya, setelah menguasai semuanya akan diberikan materi
tajwid.
3.
Metode al-Baghdadi
Metode ini sering juga
disebut dengan metode kuno atau juz ‘amma. Cara penyampaiannya dengan membaca
dan menghafal huruf-huruf hijaiyah, baru menginjak pada tanda-tanda fathah,
kasrah, dhommah. Pada metode ini anak bisa mengetahui langsung nama-nama huruf
hijaiyah tanpa harakat dan hafal secara berurutan.
4.
Metode Qira’ati
Metode ini pertama kali
dikembangkan oleh KH. Dachlan Salim Zarkasy dari Semarang. Di dalam metode ini
santri diajarkan huruf-huruf hijaiyah yang sudah berharakat secara langsung
tanpa mengeja.
Cara yang digunakan dalam
materi ini hamper sama dengan metode iqra’ tetapi disertai dengan ketukan yaitu
untuk bacaan pendek satu ketukan, sedangkan untuk bacaan mad dan idghom dua
ketukan, dan mad wajib lima ketukan.
Beberapa metode ini telah
berkembang di masyarakat Indonesia sampai sekarang. Metode ini yang dijadikan
rujukan untuk belajar membaca al-Qur’an di seluruh Indonesia, agar anak
secepatnya mampu dan menguasai dan membaca al-Qur’an serta mampu menulis huruf-huruf
al-Qur’an dengan baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar